Ads 468x60px

Social Icons

Saturday, September 29, 2012

bagaimanakah fakta g30/s/pki itu ?

Sabtu, 29 september 2012, jam 21.14 wib, via linux ubuntu

saya sudah beberapa kali menonton film "pengkhianatan g30/s/pki" sejak dari saya sd hingga smu mungkin. tapi saya meragukan kebenaran dari film itu.  kenapa ? karena yang namanya film kan belum tentu sesuai dengan kenyataannya.
tadi saya browsing di internet. lalu di situs tempo.co saya mendapati artikel-artikel ini :

TEMPO.CO, Jakarta - Film Pengkhianatan G30S/PKI adalah salah satu karya Arifin C. Noer yang paling kontroversial. Film yang dibuat pada 1984 ini menjadi sinema yang wajib diputar dan ditonton di televisi tiap 30 September, sepanjang pemerintahan Orde Baru.

Tak hanya televisi yang wajib menayangkannya, seluruh sekolah pun mengharuskan murid-muridnya menonton untuk kemudian membuat resensi film itu sebagai tugas sekolah. Pada 1998, peraturan yang mewajibkan pemutaran film ini kemudian dihapus, seiring munculnya kontroversi keabsahan sejarah Gerakan 30 September yang melibatkan bekas Presiden Soeharto.

Film ini disebut-sebut sebagai upaya pembelokan sejarah demi kekuasaan dan hegemoni massal melalui media. Peristiwa pembunuhan para jenderal dan petinggi Angkatan Darat secara sadis dan tidak berperikemanusiaan terekam dalam film Pengkhianatan G30S/PKI. Film itu juga menggambarkan detail bagaimana para jenderal disiksa, disayat-sayat, dan alat kelaminnya dipotong.

Runtuhnya pemerintahan rezim Soeharto membuat banyak pihak mempertanyakan kebenaran sejarah, termasuk yang digambarkan dalam film ini. Lantaran dianggap sebagai propaganda Orde Baru, Yunus Yosfiah, Menteri Penerangan pada 1998, kemudian melarang pemutarannya.

Kebenaran adegan penyiletan dan penyiksaan lainnya terhadap para jenderal dibantah almarhum Hendro Subroto, wartawan perang. Dia adalah saksi mata sejarah tersebut. Kala menjadi wartawan TVRI, Hendro mengabadikan pengangkatan jenazah enam jenderal dan seorang kapten pahlawan revolusi dari Lubang Buaya. Tepatnya pada 4 Oktober 1965.

Puluhan tahun diam, pada Maret 2001, Hendro berani mengatakan apa yang dia lihat. Dia mengungkapkan beberapa detail yang menyimpang dari apa yang kemudian dipublikasikan dalam sekian buku sejarah dan film-film versi Orde Baru. "Tubuh para jenderal itu tidak disayat-sayat," katanya saat diwawancara Tempo pada Maret 2001. Artikel wawancara ini dimuat dalam majalah Tempo edisi 11 Maret 2001.

"Saya sendiri belum melihat film Pengkhianatan G30S/PKI," kata Hendro. Dan almarhum adalah satu-satunya wartawan yang merekam semua peristiwa pengangkatan jenazah para jenderal itu dari Lubang Buaya. "Saya merasa aneh bahwa tidak ada orang yang membawakan peran saya sebagai satu-satunya wartawan yang merekam semua peristiwa pengangkatan jenazah itu dengan kamera film."

Lantaran berada di lokasi, almarhum Hendro berani mengatakan ketujuh jenazah itu tidak mengalami pembengkakan. "Seperti yang saya katakan tadi: jika orang sehat dianiaya, disundut rokok, atau disayat senjata tajam, tubuh di bagian itu akan membengkak, sebagai reaksi dari sistem kekebalan tubuh manusia," katanya.

Toh, sebagai sebuah karya seni, film Pengkhianatan G30S/PKI menuai banyak pujian, meskipun kebenaran ceritanya dipertanyakan.

Pada 1984, Arifin C. Noer meraih penghargaan Piala Citra untuk skenario terbaik di film ini. Di perhelatan yang sama, Arifin juga masuk unggulan untuk kategori penyutradaraan terbaik film ini. Sedangkan Amoroso Katamsi, yang berperan sebagai Soeharto muda, menjadi kandidat pemeran utama pria terbaik.

Yang juga kecipratan adalah Embie C. Noer yang diunggulkan dalam kategori tata musik terbaik, Hasan Basri untuk kategori tata kamera terbaik, dan Farraz Effendy yang masuk nominasi kategori tata artistik terbaik. Meski akhirnya, hanya Arifin yang pulang menggondol Piala Citra sebagai penulis skenario terbaik.

Pada 1985, masih di Festival Film Indonesia, Pengkhianatan G30S/PKI mendapat penghargaan Piala Antemas untuk kategori film unggulan terlaris 1984-1985.

Sutradara Hanung Bramantyo mengakui keunggulan film ini sebagai karya seni. "Terlepas dari film propaganda, secara sinematik film Pengkhianatan G30S/PKI rapi, detail, dan nyata," kata Hanung kepada Tempo, Kamis, 27 September 2012. "Saya sempat mengira itu bukan film, tapi real."

NIEKE INDRIETTA



Pada majalah Tempo edisi 6 Oktober 1984, Catherine menceritakan kejadian malam berdarah itu. Ingatan itu tertuang dalam tulisan berjudul, Kisah-kisah Oktober 1965. Bagi Anda yang sempat menonton filmnya pasti melihat adegan putri D.I Panjaitan membasuhkan darah sang ayah ke mukanya. Tapi benarkah Chaterine melakukan hal itu?

“Saya melihat kepala Papi ditembak dua kali,” Catherine mengisahkan. “Dengan air mata meleleh, saya berteriak, "Papi..., Papi...." Saya ambil darah Papi, saya usapkan ke wajah turun sampai ke dada.”

Kata Catherine, penculikan terjadi sekitar pukul 04.30, pada 1 Oktober 1965. Kala itu, ia tengah tidur di kamar lantai dua. Kemudian terbangun karena teriakan dan tembakan. Catherine mengintip ke jendela. Ternyata telah banyak tentara berseragam lengkap di perkarangan rumah. “Beberapa di antaranya melompati pagar, sambil membawa senapan,” kata Catherine.

Panik, ia lari ke kamar ayahnya. Yang dicari sudah terbangun dari tidur. Mereka pun berkumpul di ruang tengah lantai atas. Kata Catherine, almarhum papinya terus mondar-mandir, dari balkon ke kamar. Dia sempat mengotak-atik senjatanya, semacam senapan pendek.

Catherine sendiri sempat bertanya pada ayahnya soal apa yang terjadi. Tapi sang jenderal bergeming. Sedangkan di lantai bawah, bunyi tembakan terus terdengar. Televisi, koleksi kristal Ibu Panjaitan, dan barang lainnya hancur. Bahkan meja ikut terjungkal. “Tiarap…tiarap,” kata Catherine menirukan ayahnya.

Sebelum menyerahkan diri ke tentara, mendiang Panjaitan sempat meminta Catherine menelepon Samosir, asisten Jenderal S. Parman. Usai itu, Catherine menghubungi Bambang, pacar sahabatnya. Tapi belum selesai pembicaraan, kabel telepon diputus.

Berseragam lengkap, kemudian D.I. Panjaitan turun ke ruang tamu. Seorang berseragam hijau dan topi baja berseru, "Siap. Beri hormat," Tapi Panjaitan hanya mengambil topi, mengapitnya di ketiak kiri. Tak diacuhkan begitu, si tentara memukul Panjaitan dengan gagang senapan, hingga ia tersungkur. Setelah itu, kejadian bergulir cepat. Dor! Dor! “Darah menyembur dari kepala Papi,” kata Catherine.

PDAT | CORNILA DESYANA

TEMPO.CO, Jakarta -– Film Pengkhianatan G30S/PKI sering dianggap sebagai versi rezim Orde Baru terkait gerakan pada 30 September 1965. Presiden Soeharto mengomentari film itu usai menyaksikannya pada Januari 1984.

“Banyak yang belum diceritakan,” ujar Soeharto dalam artikel Pengkhianatan Bersejarah dan Berdarah di majalah Tempo edisi 7 April 1984. “Karena itu, akan dibuat satu film lagi kelak."

Film Pengkhianatan G30S/PKI disutradarai Arifin C. Noer. Film ini dianggap sebagai propaganda rezim Orde Baru terkait gerakan pada 30 September 1965. Peristiwa itu berbuntut tumbangnya Soekarno yang digantikan rezim Soeharto.

Film ini membatasi periode sejarah hanya pada enam hari genting dalam sejarah Rl, 30 September sampai dengan 5 Oktober 1965. Pengkhianatan G30S/PKI dianggap cukup kaya dengan detail. Apalagi latarnya berpindah-pindah dari Istana Bogor ke rapat-rapat gelap PKI, kemudian ke rumah Pahlawan Revolusi lalu ke Lubang Buaya.

Namun inti cerita diketahui orang banyak dan plotnya sederhana. "Persis diorama di Lubang Buaya," kata sutradara Arifin C. Noer.

Dalam Pengkhianatan G30S/PKI, terdapat tiga tokoh sentral yang menjadi sorotan: Presiden Soekarno, Mayor Jenderal Soeharto, dan gembong PKI DN Aidit. Soekarno diperankan Umar Kayam, Soeharto dimainkan Amoroso Katamsi, dan DN Aidit dibawakan Syu’bah Asa.

KODRAT


TEMPO.CO, Jakarta - Semasa Orde Baru, ada adegan horor yang tayang tiap 30 September. Horor karena di stasiun televisi nasional memutar satu film berjudul Pengkhianatan G30S/PKI. Di dalamnya banyak adegan berdarah dari penyiksaan para jenderal, tawa puas para penyiksa, hingga pengambilan mayat korban tragedi yang terjadi pada tanggal terakhir di bulan September, 47 tahun silam.

“Film ini sengaja dibuat untuk memberi tahu rakyat bagaimana peran PKI (Partai Komunis Indonesia) saat itu. Jadi, memang ada semacam muatan politik,” ujar Amoroso Katamsi, pemeran Presiden Soeharto dalam film Pengkhianatan G30S/PKI.

Amoroso yang ditemui, Rabu, 26 September 2012, menuturkan bahwa memang kondisi PKI terhadap rakyat Indonesia seperti adanya film. “Tapi memang ada beberapa adegan yang berlebihan,” pria berusia 72 tahun ini.

Sejarawan Hilmar Farid menyatakan dengan tegas bahwa film tersebut adalah propaganda Orde Baru. “Dari segi produksi, kita lihat pembuatannya, ditangani langsung PPFN (Pusat Produksi Film Nasional) dengan restu Soeharto,” tulis dia dalam surat elektronik,” ujar dia. Sehingga, isi film pun mewakili pandangan Orde Baru tentang peristiwa 30 September 1965. “Dan sejumlah fantasinya.”

Film Pengkhianatan G30S/PKI yang berdurasi sekitar 220 menit ini diproduksi pada 1984 dan almarhum Arifin C. Noer didapuk menjadi sutradara film itu. Pada masa pemerintahannya, Presiden Soeharto memerintahkan TVRI untuk menayangkan film itu setiap tanggal 30 September. Murid-murid sekolah juga diwajibkan menonton film propaganda tentang pemberontakan PKI versi Soeharto atau Orde Baru ini.

Tempo, pada September 2000 silam, membuat jajak pendapat tentang pengaruh film yang disutradarai Arifin C. Noer ini. Hasil indoktrinasi lewat buku sejarah dan media propaganda itu sungguh dahsyat. Responden dari 1.110 pelajar SMA di tiga kota (Surabaya, Medan, dan Jakarta) jadi begitu konservatif, menolak semua yang berbau PKI dan komunis.

Menurut sebagian besar responden, komunisme itu melulu paham yang antiagama (69 persen) dan sangat radikal (24 persen). Meskipun komunisme sudah ditumpas puluhan tahun silam dari bumi Indonesia -dan tak laku dijual sebagai ideologi di berbagai negara- banyak yang masih percaya ia akan bangkit kembali (47 persen). Karena itu, separuh responden berpendapat sebaiknya komunisme tak diajarkan sebagai ilmu pengetahuan. Buku-buku tentang komunisme juga sebaiknya dilarang beredar.

Sebagian besar responden juga percaya adegan yang ada dalam Pengkhianatan G30S/PKI itu benar-benar terjadi. Padahal, faktanya belum tentu demikian. Sulami, seorang bekas anggota Gerwani, organisasi onderbouw PKI, contohnya, menyangkal ada anggota kelompoknya yang menari-nari di Lubang Buaya sewaktu para jenderal dibawa ke sana, seperti yang digambarkan dalam film itu. Kepada Tempo, Sulami bahkan menolak disebut terlibat dalam gerakan penculikan itu.

Hilmar menguraikan, film tersebut berhasil melanggengkan kebencian terhadap PKI. “Sebab, film yang diputar tiap tahun itu menyebarkan cerita bohong tentang kejahatan di Lubang Buaya,” ujar dia. Dengan target generasi muda, menurut dia, Orde Baru berhasil menemukan cara yang efektif untuk menanamkan kebencian terhadap PKI. “Yang dengan sendirinya menambah kuat legitimasi Soeharto,” kata peneliti dari Indonesian Institute of Social History ini.

Menurut data Peredaran Film Nasional yang tertulis dalam situs filmindonesia.or.id judul semula Pengkhinatan G 30 S/PKI adalah SOB (Sejarah Orde Baru). Karya berdana Rp 800 juta tersebut menjadi film terlaris pertama di Jakarta pada 1984 dengan 699.282 penonton. Jumlah ini merupakan rekor tersendiri, yang belum terpecahkan hingga 1995. Tapi ketika reformasi bergulir, pada September 1998, Menteri Penerangan Yunus Yosfiah mengumumkan film yang dibuat pada 1984 ini diputuskan tidak diputar atau diedarkan lagi. Begitu juga film-film Janur Kuning (1979) dan Serangan Fajar (1981). Alasannya, berbau rekayasa sejarah dan mengkultuskan seorang presiden.

Kini, memperingati kejadian 30 September, Tempo.co menulis sejumlah catatan tentang pembuatan film tersebut. Mulai dari kisah sutradara, pemain, dan semua pihak yang terlibat dalam pembuatan film termahal di masanya ini.

DIANING SARI


bagaimanakah menurut anda ?  apakah anda meng-iyakan seluruh isi film itu ?  ataukah hanya sebagiannya saja ?  atau bahkan menolak secara kesuluruhan ? 

sejarah itu memang bisa mencerdaskan tapi terkadang bisa juga membodohi. dan smoga  anda termasuk orang yang pintar dalam menilai. tetapi bila bukan (yang maaf, anda termasuk orang bodoh), janganlah menilai film itu. akan lebih bijak bila anda menyerahkan penilaian film itu kepada yg pintar atau yang lebih pintar. tetapi masalahnya, tidak semua orang pintar itu adalah orang yang baik. begitupula dengan orang yang lebih pintar. tidak semua orang yang lebih pintar (jenius) itu adalah orang yang baik.

sumber :
http://www.tempo.co/read/news/2012/09/29/078432722/Cerita-Anak-Jenderal-DI-Panjaitan-Soal-G30SPKI
http://www.tempo.co/read/news/2012/09/29/078432676/Komentar-Soeharto-Usai-Lihat-Film-Pengkhianatan-G30SPKI
http://www.tempo.co/read/news/2012/09/29/078432673/Film-Pengkhianatan-G30SPKI-Dicerca-dan-Dipuji
http://www.tempo.co/read/news/2012/09/29/078432667/Film-Pengkhianatan-G30SPKI-Propaganda-Berhasilkah

Friday, September 28, 2012

FiLter internet untuk menyaring situs dari bahaya pornografi

Jum'at, 28 september 2012, jam 14.42 wib, via ubuntu di warnet indah net


sekarang ini zaman sudah modern. jadi kejahatan pun ada yg juga ikut modern. untuk mengatasi kejahatan yg modern itu banyak cara yang bisa dilakukan. tiga diantaranya yaitu dengan cara2 ini :

di internet banyak sekali situs yang bisa diakses, dimana saja dan kapan saja serta oleh siapa saja. yang sayangnya situs pornografi juga termasuk kedalam kategori itu. memang banyak pendapat mengenai pornografi. ada yang setuju dan ada pula yang menentangnya. tapi saya sarankan, pornografi itu dihindari karena dapat merugikan.

nah, cara untuk menghindarinya ini satu diantaranya adalah dengan memasang fiLter pada internet. caranya :
1. bisa melalui pemasangan program anti pornografi
2. bisa melalui pemasangan blok/penghalang situs pada browser
3. bisa melalui pemasangan dns tertentu yg menyediakan layanan untuk
    memblokir situs2 pornografi. contoh : dns nawala (kunjungi nawala.org)

klo saya pribadi, saya sudah menggunakan dns nawala (180.131.144.144 atau 180.131.145.145)

sebenarnya fiLter yang bagus adalah yang dapat memblokir situs2 berbahaya yang bukan hanya pornografi saja. tapi juga perjudian, dan lain-lain.

selamat mencoba ! 
selamat menghindari pornografi !

Friday, September 14, 2012

film yang memfitnah Muhammad Rasulullah saw

Jum'at, 27 Syawal 1433 Hijriah (14september2012), jam 13.57 wib.

film yg katanya berjudul "innocence of moslems" telah menuai masalah. banyak moslem/ah diseluruh dunia menentangnya, dan menuntut agar yg terlibat pada film itu dihukum dg adil.
parah emang. itu org2 knp y memfitnah rasul ? apa menurut mereka sosok muhammad rasulullah itu sangat,.... sangat,... baik,.... sehingga menurut mereka itu terlalu baik untuk menjadi kenyataan di masa sekarang terlebih lagi di masa lampau ?   yg dengan kata lain, menurut mereka, itu adalah cerita dongeng yg bohong belaka ?   sehingga tidak mungkin ada seorang manusia yang sangat baik dan jenius yg bernama Muhammad yg merupakan Rasulullah saw itu ?   terlebih lagi, manusia2 sekarang dan jin2 kan tidak pernah bertemu dengan Muhammad Rasulullah. jadi, bagaimana mungkin seseorang yg tidak pernah ditemui itu dipercaya sebagai Rasulullah saw, dihormati, dihargai, ditolong, dijaga, dikagumi oleh mungkin ratusan juta (manusia & jin)/lebih saat ini ? apa bagi mereka itu tidak masuk diakal ?. bila memang sperti itu, mreka tidak bisa berbuat sperti itu. walau mereka tidak percaya. mreka tidak berhak berperilaku sperti itu. tp, bubur itu sudah menjadi bubur basi sekarang. jd, sudah tidak bisa lagi dimakan. dengan kata lain, mreka harus dengan lapang dada menerima hukuman yg adil karena perbuatan mreka itu. dan org yg beragama sama dg mreka juga harus berlapang dada akan hukuman yg adil yg diterima org2 itu nantinya. dan juga negara dimana mreka menjadi warganegaranya, harus dengan lapang dada pula menghukum org2 yg terlibat.  yg bila belum diatur undang-undangnya, maka buatlah undang-undangnya. sebagaimana lubang demokrasi itu harus ditambal.

tp mungkin negara dimana warganegaranya itu membuat kesalahan, telah ada undang-undang mengenai hal itu.

smoga saja yg terlibat pada film itu dihukum dg adil.