tempo.co, nganjuk - Mujianto, tersangka pembunuhan berantai 15 orang di Nganjuk, Jawa Timur, akan menjalani pemeriksaan psikologis siang ini, Kamis, 16 Februari 2012. Pemeriksaan untuk mengetahui latar belakang kehidupan Mujianto.
Kapolres Nganjuk Ajun Komisaris Besar Anggoro Sukartono mengatakan pemeriksaan psikologis ini dilakukan dengan tim dari Polda Jawa Timur karena tidak memiliki penyidik psikologis. "Hari ini akan kita lakukan pemeriksaan kejiwaannya," kata Anggoro.
Anggoro mengatakan pemeriksaan terhadap Mujianto ataupun korban selamat cukup sulit. Mereka dikenal tertutup dan emoh jika kehidupan pribadinya diungkap kepada penyidik.
Anggoro mencontohkan, perbedaan testimoni antara Mujianto dan Muhammad Faiz, korban selamat, cukup mencolok. Dalam upaya pembunuhan itu, Mujianto mengklaim telah melakukan perbuatan mesum dengan korban sebelum diracun. Bahkan dengan detail dia menyebutkan tempat-tempat yang dipergunakan untuk berhubungan badan, seperti toilet SPBU dan sawah.
Namun pernyataan itu tidak diakui oleh Faiz. Dia mengatakan hanya dibonceng sepeda motor dan diajak makan oleh pelaku sebelum akhirnya ditinggalkan di rumah warga dalam kondisi teler. "Mereka menyembunyikan sesuatu," kata Anggoro.
Kemampuan Mujianto dalam menipu juga menjadi kendala penyidik. Seperti yang dilakukan pada korban-korbannya, dia cukup piawai mengarang cerita dan memunculkan nama-nama fiktif yang tak bisa dibuktikan. Karena itu, penyidik membutuhkan bantuan psikolog untuk mengetahui kejiwaan pelaku.
Seperti diberitakan, Mujianto ditangkap polisi setelah meracuni enam orang sejak tahun 2011. Empat korban meninggal dan dua di antaranya selamat. Namun, kepada polisi, Mujianto mengaku telah membunuh 15 orang laki-laki yang diduga menjalin hubungan asmara dengan kekasihnya, Joko Suprianto. Baik pelaku maupun korban diduga sebagai gay.
HARI TRI WASONO
Kapolres Nganjuk Ajun Komisaris Besar Anggoro Sukartono mengatakan pemeriksaan psikologis ini dilakukan dengan tim dari Polda Jawa Timur karena tidak memiliki penyidik psikologis. "Hari ini akan kita lakukan pemeriksaan kejiwaannya," kata Anggoro.
Anggoro mengatakan pemeriksaan terhadap Mujianto ataupun korban selamat cukup sulit. Mereka dikenal tertutup dan emoh jika kehidupan pribadinya diungkap kepada penyidik.
Anggoro mencontohkan, perbedaan testimoni antara Mujianto dan Muhammad Faiz, korban selamat, cukup mencolok. Dalam upaya pembunuhan itu, Mujianto mengklaim telah melakukan perbuatan mesum dengan korban sebelum diracun. Bahkan dengan detail dia menyebutkan tempat-tempat yang dipergunakan untuk berhubungan badan, seperti toilet SPBU dan sawah.
Namun pernyataan itu tidak diakui oleh Faiz. Dia mengatakan hanya dibonceng sepeda motor dan diajak makan oleh pelaku sebelum akhirnya ditinggalkan di rumah warga dalam kondisi teler. "Mereka menyembunyikan sesuatu," kata Anggoro.
Kemampuan Mujianto dalam menipu juga menjadi kendala penyidik. Seperti yang dilakukan pada korban-korbannya, dia cukup piawai mengarang cerita dan memunculkan nama-nama fiktif yang tak bisa dibuktikan. Karena itu, penyidik membutuhkan bantuan psikolog untuk mengetahui kejiwaan pelaku.
Seperti diberitakan, Mujianto ditangkap polisi setelah meracuni enam orang sejak tahun 2011. Empat korban meninggal dan dua di antaranya selamat. Namun, kepada polisi, Mujianto mengaku telah membunuh 15 orang laki-laki yang diduga menjalin hubungan asmara dengan kekasihnya, Joko Suprianto. Baik pelaku maupun korban diduga sebagai gay.
HARI TRI WASONO
Dites-Kejiwaan
saya penasaran ama quran dan buku shalat yg ada di dia (klo dia muslim). apa quran dan atau buku shalatnya ada bagian yg dibuat salah? klo nggak, mungkin karena emang dia yg sadis. dan mungkin karena dia gay. kan gay itu dilarang Agama Islam, yg namanya dilarang pasti ada manfaatnya. satu diantara manfaatnya adalah agar terhindar dari peristiwa semacam ini.
0 comments:
Post a Comment